Jadi begini ceritanya,
setiap tahun, salah satu stasiun TV di Jepang “NTV” selalu mengadakan sebuah acara bertajuk charity event dimana mereka menayangkan serangkaian acara secara live selama 24 jam nonstop, yaitu “24 Hour TV”.
Acara tersebut dipandu
oleh satu main personality atau ‘wajah’
dari acara pada tahun tersebut, dan satu charity
personality yang merupakan pemuka kegiatan amal yang dilangsungkan
sepanjang acara. Acara ini juga biasanya digawangi dua announcer utama sebagai pemimpin lajunya acara, dan beberapa personality pendukung lainnya.
Trademark dari
acara tersebut kegiatan 24 hour marathon
yang dilakukan oleh salah satu artis yang ditunjuk sebagai bentuk penggalangan
dana, kunjungan personality ke
berbagai kota di wilayah Jepang, serta yang akan kita bahas pada kali ini,
yakni kisah nyata inspiratif yang kemudian diangkat menjadi satu karya SP drama. Drama ini cenderung mengambil
tema yang melankolis, dimana kerap kali diceritakan tentang perjuangan hidup
karakter utamanya dalam melawan penyakit kronis atau kondisi medis tertentu yang
mereka idap. Drama ini selalu sukses membuat para penontonnya bercucuran air
mata, terlebih lagi acara 24 hour TV ini memang pada dasarnya diisi dengan
kisah-kisah tragis yang inspiratif yang terjadi pada warga Jepang.
Pada 24 Hour TV tahun
lalu, untuk pertama kalinya main
personality-nya terdiri dari dua grup dari dua generasi. Yang pertama
adalah V6, dan yang kedua adalah
junior mereka, Hey! Say! JUMP. Sebagai
info, main personality acara ini
memang biasanya selalu digawangi oleh salah satu grup dari Johnny’s Jimusho, dan bagi HSJ, ini adalah kali pertama mereka
menjadi main personality.
Sudah bisa diprediksi, SP
Drama yang memang selalu dibintangi salah satu anggota main personality, kali ini peran utamanya dipegang oleh Yamada Ryosuke, si pentolan akting dari
HSJ. Ini bukan pertama kali Yamada berperan di 24 Hour TV SP Drama, tapi ini
pertama kalinya di bermain sebagai peran utama, dimana di dua kesempatan
sebelumnya dia menjadi peran pembantu. Dalam drama kali ini, Yamada ditemani
oleh dua orang senpai-nya dari
Johnny’s, yang pertama adalah Inohara
Yoshihiko dari V6 (yang juga main
personality pada acara ini), dan yang kedua adalah Masuda Takahisa dari NEWS.
![]() |
![]() |
"Kaa-san, Ore Wa Daijoubu" |
Oke, selesai pengenalannya,
mari kita mulai review jalan
ceritanya...
Yamada disini berperan
sebagai Sasaki Ryohei, anak kedua
dari tiga bersaudara (yang ketiganya laki-laki) di keluarga Sasaki. Ryohei
tumbuh besar sebagai pecinta sepakbola, yang kemudian menjadi ace dan juga Wakil Kapten pada tim
sepakbola di SMA-nya. Ibu Ryohei lebih sering menghabiskan waktunya menemani
adik Ryohei, Shohei di Rumah Sakit,
karena Shohei mengidap penyakit syaraf yang tidak bisa disembuhkan sejak usia
tiga tahun, yang membuatnya tidak bisa menggerakan tubuhnya dan hidup dengan
bantuan alat medis setiap saat. Kakak Ryohei, Teppei (diperankan oleh Masuda Takahisa) baru saja memulai bekerja
di luar kota, jadi Ryohei lebih sering menghabiskan waktu di klub, atau di
rumah bersama Ayahnya.
WARNING! HEAVY SPOILER
AHEAD!
Suatu hari, Ryohei
tiba-tiba diserang oleh sakit kepala yang luar biasa sepulangnya dari latihan
sepakbola dan saat dirinya hendak mengangkat jemuran. Ryohei yang kesakitan
baru ditemukan beberapa jam kemudian setelah mengejang di bawah guyuran hujan
saat Ayahnya pulang, dan segera saja dilarikan ke Rumah Sakit tempat Adiknya
dirawat.
Setelah dilakukan
pemeriksaan, ditemukan tumor yang cukup besar di otak Ryohei, yang membahayakan
nyawanya jika tidak segera ditangani. Ryohei, yang keukeuh ingin ikut mendengar hasil pemeriksaan dokter, memasang
wajah ceria di hadapan orangtuanya, bahkan membuat guyonan bahwa mungkin tumor
itulah penyebab mengapa ia begitu bodoh. Ryohei kemudian menegaskan pada
orangtua dan Kakak-nya bahwa dia akan melakukan operasi untuk mengangkat tumor
di kepalanya, dengan alasan bahwa jika tumornya tidak segera diangkat, maka dia
tidak akan bisa bermain sepakbola lagi. Dia juga meminta maaf pada Adiknya
karena telah membuatnya khawatir. Ironisnya, tepat pada saat itulah penjual kue
datang mengunjungi mereka dan membawakan kue ulang tahun Ryohei yang telah
dipesan oleh Ibu-nya sebelum kejadian itu. Dari sudut pandang Ibu Ryohei,
terucap kalimat “Betapa ironis bahwa
ulang tahunnya adalah awal dari perjuangannya”.
Ryohei's Birthday Cake |
Sebelum menjalani
operasi, Ryohei dikunjungi oleh tiga sahabatnya dari klub sepakbola yang
mengantarkan sebuah bola dengan pesan dan doa bagi Ryohei. Kala itu, hanya
pelatih sepakbola mereka saja yang tau penyakit Ryohei yang sebenarnya. Bahkan
sahabat Ryohei pun belum tau kondisi Ryohei.
Malam sebelum operasi, Ryohei mengunjungi kamar Adiknya dan berbicang dengannya. Disana, Ryohei mengungkapkan rasa takutnya, tentang operasinya, tentang tumornya, tentang apa yang akan terjadi kepadanya. Menyadari bahwa dia baru saja membuat khawatir Adiknya, Ryohei mengusap air matanya sambil berkata bahwa ia bercanda. Tanpa mereka ketahui, perbincangan mereka didengarkan oleh Kakak Ryohei yang sedang akan membesuk Shohei.
Ryohei pun menjalankan
operasi pengangkatan tumor, namun tak lama setelah dia masuk ruang operasi,
tiba-tiba operasi dihentikan. Dokter menjelaskan bahwa tumor di kepalanya terletak
di bagian terdalam otaknya, dan meskipun membiarkannya akan membahayakan nyawa
Ryohei, namun mengangkatnya pun beresiko sama besarnya. Ryohei divonis bahwa
dia hanya memiliki beberapa bulan lagi untuk bertahan hidup.
Kondisi Ryohei pasca
operasi kian memburuk. Dia kerap kali kejang, dan sulit berkomunikasi dengan
orang lain. Melihat keadaan Ryohei, Ayah Ryohei depresi, dan Ibu Ryohei lebih
sering melamun, seolah mereka bingung harus berbuat apa. Namun di tengah drama
tersebut, Kakak Ryohei mengambil keputusan, bahwa dia akan berhenti dari
pekerjaannya di luar kota, dan berada dekat dengan keluarganya. Teppei meminta
Ibu-nya untuk berada di samping Ryohei, dan dia akan menggantikannya untuk
merawat Shohei. Meski paling tua, Teppei ini adalah yang paling cengeng, dan
saat menyatakan keputusannya, Teppei mengaku bahwa inilah satu-satunya yang
bisa dia lakukan sebagai seorang Kakak. Teppei merasa, bahwa selama ini dia
tidak pernah melakukan apapun untuk kedua Adiknya, malahan, Ryohei yang lebih
muda lebih sering bersikap dewasa.
Teppei's Decision |
Tak lama setelah
operasi, gadis yang naksir pada Ryohei ditemani tiga sahabat Ryohei berniat
untuk mengunjungi Ryohei di Rumah Sakit. Tidak tau dengan kenyataannya, mereka
datang dengan niat untuk membuat Ryohei tertawa namun hanya untuk menemukan
Ryohei yang sedang dalam salah satu episode kejangnya. Kaget melihat keadaan
Ryohei, ketiga sahabat Ryohei lari. Mereka tidak pernah melihat Ryohei
sebegitu, lemah, dan sebagai anak muda, mereka tidak tau harus bereaksi
bagaimana dalam menghadapi Ryohei. Di Rumah Sakit, gadis yang menyukai Ryohei
kemudian berbincang dengan Ibu Ryohei, dan memohon maaf atas perlakuan ketiga
teman Ryohei. Gadis itu kemudian mulai menceritakan tentang Ryohei dan ketiga
sahabatnya dan apa-apa yang mereka lakukan di sekolah.
Selepas gadis itu
pulang, Ibu Ryohei pun kembali ke kamar Ryohei hanya untuk mendapati anaknya
mulai mengejang lagi. Setelah beberapa waktu berusaha menahan Ryohei, pemuda
itu pun mulai tenang. Sedikit merasa frustasi, Ibu Ryohei berusaha menguatkan
Ryohei dengan menunjukan bola yang diberikan oleh teman satu timnya, dan di
saat itulah, Ryohei mulai melontarkan kata-kata, meskipun terbata, bahwa dia
akan “menang”. Segeralah Ibu-nya
memanggil Ayahnya, dimana Ryohei mengulang kata-katanya. Bahwa dia akan menang.
Dari penyakit yang dideritanya. Dari semua yang terjadi padanya.
Ryohei Trying To Say "Katsu (I Will Win)" |
Seolah mendapat dorongan
dari ucapan Ryohei, orangtua-nya yang pada awalnya hampir putus asa mulai
bangkit dan berupaya mencari opini kedua bagi Ryohei. Mereka mencari informasi
tentang Rumah Sakit yang memiliki spesialis terbaik yang mau menampung Ryohei
dan mungkin dapat menyelamatkannya. Dan setelah perjalanan panjang, akhirnya
mereka menemukan satu Rumah Sakit yang menyatakan sanggup untuk menangani kasus
Ryohei, dan segera saja mengajukan transfer bagi Ryohei.
Saat Ryohei akan
berangkat, dia dihadang oleh rekan-rekan tim sepakbolanya yang ingin
menyampaikan dukungan mereka bagi Ryohei sebelum Ryohei pergi. Namun tanpa
Ryohei ketahui, bahwa sebetulnya ketiga sahabatnya telah kehilangan semangat
untuk melanjutkan bermain sepakbola setelah mengetahui keadaan Ryohei yang
sebenarnya, dan mulai sering bolos latihan.
Di Rumah Sakit tujuan,
setelah menjalankan beberapa pemeriksaan, akhirnya operasi Ryohei dimulai.
Kedua orangtuanya yang agak trauma dengan operasi pertama Ryohei yang terhenti
di tengah jalan, menunggu dengan cemas selama berjam-jam sementara anak mereka
di operasi. Akhirnya, setelah hampir dua belas jam lamanya, operasi Ryohei
selesai, dan dokter-nya menyatakan bahwa hampir keseluruhan tumor di kepala
Ryohei sudah terangkat, dan bahwa operasinya sukses.
Tak lama setelahnya,
Ryohei sadar dari tidur panjangnya, dan hari demi hari, kondisinya kian
membaik. Setelah beberapa hari, Ryohei mulai bisa berbicara, dan tak lama dia
mulai bisa makan sendiri. Rehabilitasi yang dia lakukan pun berjalan cukup
lancar. Keluarganya merasa sangat bahagia dengan perkembangan Ryohei, dan
hari-hari kelam sebelumnya seolah-olah hanya mimpi belaka.
Kala tersebut, Ayah
Ryohei yang mendengar bahwa ketiga sahabat Ryohei kehilangan semangatnya, ‘memaksa’
mereka bertiga untuk ikut dengannya dan mengunjungi Ryohei. Di Rumah Sakit,
mereka dihadapkan dengan Ryohei yang tengah berusaha dalam melakukan rehabilitasi
agar mulai bisa menggunakan kakinya lagi dan menyatakan bahwa dia tidak akan
bisa tampil di kejuaraan preliminari, namun akan berusaha agar bisa bermain di kejuaraan
prefektural. Ketiga sahabatnya, merasa bersalah dan mengaku bahwa mereka
belakangan membolos latihan, dan Ryohei mendesah panjang sambil berkata bahwa
sebenarnya dia sudah tau dari pelatih mereka. Ryohei yang kesal, menyuruh
mereka untuk pulang saja, karena dia tidak mau melihat orang-orang yang tidak
punya semangat, bahwa dia akan berusaha sendiri dan tidak memerlukan mereka.
Seolah menjadi tamparan
keras, ketiga sahabatnya mulai menemukan semangat mereka lagi dan kembali ke
latihan, sampai mereka tiba di babak akhir kejuaraan preliminari. Selama
bertahun-tahun, tim sepakbola Ryohei dan kawan-kawan dicap sebagai tim yang
lemah dan tidak pernah lolos ke kejuaraan prefektural. Namun sejak Ryohei masuk
tim, mereka mulai menunjukkan kemajuan yang pesat dan mulai memiliki kesempatan
untuk bertanding di kejuaraan prefektural. Seakan tidak ingin mengecewakan
kerjakeras Ryohei, timnya kali ini berjuang keras agar mereka bisa memenangkan
pertandingan, meskipun lawan mereka adalah tim terkuat di daerah mereka.
Seolah-oleh kondisi Ryohei menjadi pencambuk semangat mereka, they got a miraculous win dan lolos ke
kejuaraan prefektural.
The Team Playing With Ryohei's Number On Their Wrists |
Beberapa waktu
setelahnya, seluruh keluarga Ryohei berniat untuk mengunjungi Ryohei di Rumah
Sakit tempat dia dirawat. Karena lokasinya yang cukup jauh dari tempat tinggal
Ryohei, selama ini Ryohei dirawat di Rumah Sakit hanya ditemani oleh Ibu-nya,
sementara Ayah, Kakak dan Adiknya berada di kampung halaman mereka. Kunjungan
ini adalah sebagai perayaan bagi proses kesembuhan Ryohei, perayaan bagi Shohei
yang kondisinya stabil belakangan ini, dan juga sebagai perayaan majunya tim
sepakbola Ryohei ke babak prefektural. Di saat tersebut, suster yang menangani
Ryohei mengajak Ibu Ryohei berbicara dan mengutarakan kekagumannya pada
keluarga Sasaki dimana mereka justru menjadi lebih kuat saat dihadapkan dengan
masalah ini. Suster tersebut mengaku bahwa bukan satu dua kali dia menyaksikan
keluarga yang terpecah belah saat dihadapkan dengan kondisi yang mirip dengan
yang dialami keluarga Sasaki. Suster tersebut menambahkan bahwa keberadaan Adik
Shohei, seolah menjadi perekat dan penghangat keluarga mereka. Dia juga
berpesan, bahwa pengobatan Ryohei untuk sisa-sisa tumornya dan juga sebagai
pencegahan sel-sel tumor tersebut tumbuh kembali akan dimulai, dan kondisinya
akan memburuk selama menjalani pengobatan, maka suster itu meminta agar Ibu
Ryohei dan keluarganya terus memberikan dukungannya bagi Ryohei.
The Family's Celebration |
Okay, kita potong dulu review-nya sampai sini, nanti yang baca pusing kepanjangan~ Hehehe~
See you later~
See you later~
No comments:
Post a Comment