Monday, February 29, 2016

"Ibu, Aku Baik-Baik Saja" - Part 1



Jadi begini ceritanya, setiap tahun, salah satu stasiun TV di Jepang “NTV” selalu mengadakan sebuah acara bertajuk charity event dimana mereka menayangkan serangkaian acara secara live selama 24 jam nonstop, yaitu “24 Hour TV”.

Acara tersebut dipandu oleh satu main personality atau ‘wajah’ dari acara pada tahun tersebut, dan satu charity personality yang merupakan pemuka kegiatan amal yang dilangsungkan sepanjang acara. Acara ini juga biasanya digawangi dua announcer utama sebagai pemimpin lajunya acara, dan beberapa personality pendukung lainnya.

Trademark dari acara tersebut kegiatan 24 hour marathon yang dilakukan oleh salah satu artis yang ditunjuk sebagai bentuk penggalangan dana, kunjungan personality ke berbagai kota di wilayah Jepang, serta yang akan kita bahas pada kali ini, yakni kisah nyata inspiratif yang kemudian diangkat menjadi satu karya SP drama. Drama ini cenderung mengambil tema yang melankolis, dimana kerap kali diceritakan tentang perjuangan hidup karakter utamanya dalam melawan penyakit kronis atau kondisi medis tertentu yang mereka idap. Drama ini selalu sukses membuat para penontonnya bercucuran air mata, terlebih lagi acara 24 hour TV ini memang pada dasarnya diisi dengan kisah-kisah tragis yang inspiratif yang terjadi pada warga Jepang.

Pada 24 Hour TV tahun lalu, untuk pertama kalinya main personality-nya terdiri dari dua grup dari dua generasi. Yang pertama adalah V6, dan yang kedua adalah junior mereka, Hey! Say! JUMP. Sebagai info, main personality acara ini memang biasanya selalu digawangi oleh salah satu grup dari Johnny’s Jimusho, dan bagi HSJ, ini adalah kali pertama mereka menjadi main personality.
https://www.jpopthailand.com/th/wp-content/uploads/2015/04/CB07H4gUEAIglXH.jpg
Sudah bisa diprediksi, SP Drama yang memang selalu dibintangi salah satu anggota main personality, kali ini peran utamanya dipegang oleh Yamada Ryosuke, si pentolan akting dari HSJ. Ini bukan pertama kali Yamada berperan di 24 Hour TV SP Drama, tapi ini pertama kalinya di bermain sebagai peran utama, dimana di dua kesempatan sebelumnya dia menjadi peran pembantu. Dalam drama kali ini, Yamada ditemani oleh dua orang senpai­-nya dari Johnny’s, yang pertama adalah Inohara Yoshihiko dari V6 (yang juga main personality pada acara ini), dan yang kedua adalah Masuda Takahisa dari NEWS.
http://ic.pics.livejournal.com/jiyuusub/73584862/17793/17793_600.png
"Kaa-san, Ore Wa Daijoubu"
 Oke, selesai pengenalannya, mari kita mulai review jalan ceritanya...

Yamada disini berperan sebagai Sasaki Ryohei, anak kedua dari tiga bersaudara (yang ketiganya laki-laki) di keluarga Sasaki. Ryohei tumbuh besar sebagai pecinta sepakbola, yang kemudian menjadi ace dan juga Wakil Kapten pada tim sepakbola di SMA-nya. Ibu Ryohei lebih sering menghabiskan waktunya menemani adik Ryohei, Shohei di Rumah Sakit, karena Shohei mengidap penyakit syaraf yang tidak bisa disembuhkan sejak usia tiga tahun, yang membuatnya tidak bisa menggerakan tubuhnya dan hidup dengan bantuan alat medis setiap saat. Kakak Ryohei, Teppei (diperankan oleh Masuda Takahisa) baru saja memulai bekerja di luar kota, jadi Ryohei lebih sering menghabiskan waktu di klub, atau di rumah bersama Ayahnya.

WARNING! HEAVY SPOILER AHEAD!


Suatu hari, Ryohei tiba-tiba diserang oleh sakit kepala yang luar biasa sepulangnya dari latihan sepakbola dan saat dirinya hendak mengangkat jemuran. Ryohei yang kesakitan baru ditemukan beberapa jam kemudian setelah mengejang di bawah guyuran hujan saat Ayahnya pulang, dan segera saja dilarikan ke Rumah Sakit tempat Adiknya dirawat.

Setelah dilakukan pemeriksaan, ditemukan tumor yang cukup besar di otak Ryohei, yang membahayakan nyawanya jika tidak segera ditangani. Ryohei, yang keukeuh ingin ikut mendengar hasil pemeriksaan dokter, memasang wajah ceria di hadapan orangtuanya, bahkan membuat guyonan bahwa mungkin tumor itulah penyebab mengapa ia begitu bodoh. Ryohei kemudian menegaskan pada orangtua dan Kakak-nya bahwa dia akan melakukan operasi untuk mengangkat tumor di kepalanya, dengan alasan bahwa jika tumornya tidak segera diangkat, maka dia tidak akan bisa bermain sepakbola lagi. Dia juga meminta maaf pada Adiknya karena telah membuatnya khawatir. Ironisnya, tepat pada saat itulah penjual kue datang mengunjungi mereka dan membawakan kue ulang tahun Ryohei yang telah dipesan oleh Ibu-nya sebelum kejadian itu. Dari sudut pandang Ibu Ryohei, terucap kalimat “Betapa ironis bahwa ulang tahunnya adalah awal dari perjuangannya”.
Ryohei's Birthday Cake
Sebelum menjalani operasi, Ryohei dikunjungi oleh tiga sahabatnya dari klub sepakbola yang mengantarkan sebuah bola dengan pesan dan doa bagi Ryohei. Kala itu, hanya pelatih sepakbola mereka saja yang tau penyakit Ryohei yang sebenarnya. Bahkan sahabat Ryohei pun belum tau kondisi Ryohei.

Malam sebelum operasi, Ryohei mengunjungi kamar Adiknya dan berbicang dengannya. Disana, Ryohei mengungkapkan rasa takutnya, tentang operasinya, tentang tumornya, tentang apa yang akan terjadi kepadanya. Menyadari bahwa dia baru saja membuat khawatir Adiknya, Ryohei mengusap air matanya sambil berkata bahwa ia bercanda. Tanpa mereka ketahui, perbincangan mereka didengarkan oleh Kakak Ryohei yang sedang akan membesuk Shohei.

Ryohei pun menjalankan operasi pengangkatan tumor, namun tak lama setelah dia masuk ruang operasi, tiba-tiba operasi dihentikan. Dokter menjelaskan bahwa tumor di kepalanya terletak di bagian terdalam otaknya, dan meskipun membiarkannya akan membahayakan nyawa Ryohei, namun mengangkatnya pun beresiko sama besarnya. Ryohei divonis bahwa dia hanya memiliki beberapa bulan lagi untuk bertahan hidup.

Kondisi Ryohei pasca operasi kian memburuk. Dia kerap kali kejang, dan sulit berkomunikasi dengan orang lain. Melihat keadaan Ryohei, Ayah Ryohei depresi, dan Ibu Ryohei lebih sering melamun, seolah mereka bingung harus berbuat apa. Namun di tengah drama tersebut, Kakak Ryohei mengambil keputusan, bahwa dia akan berhenti dari pekerjaannya di luar kota, dan berada dekat dengan keluarganya. Teppei meminta Ibu-nya untuk berada di samping Ryohei, dan dia akan menggantikannya untuk merawat Shohei. Meski paling tua, Teppei ini adalah yang paling cengeng, dan saat menyatakan keputusannya, Teppei mengaku bahwa inilah satu-satunya yang bisa dia lakukan sebagai seorang Kakak. Teppei merasa, bahwa selama ini dia tidak pernah melakukan apapun untuk kedua Adiknya, malahan, Ryohei yang lebih muda lebih sering bersikap dewasa.
Teppei's Decision
 Tak lama setelah operasi, gadis yang naksir pada Ryohei ditemani tiga sahabat Ryohei berniat untuk mengunjungi Ryohei di Rumah Sakit. Tidak tau dengan kenyataannya, mereka datang dengan niat untuk membuat Ryohei tertawa namun hanya untuk menemukan Ryohei yang sedang dalam salah satu episode kejangnya. Kaget melihat keadaan Ryohei, ketiga sahabat Ryohei lari. Mereka tidak pernah melihat Ryohei sebegitu, lemah, dan sebagai anak muda, mereka tidak tau harus bereaksi bagaimana dalam menghadapi Ryohei. Di Rumah Sakit, gadis yang menyukai Ryohei kemudian berbincang dengan Ibu Ryohei, dan memohon maaf atas perlakuan ketiga teman Ryohei. Gadis itu kemudian mulai menceritakan tentang Ryohei dan ketiga sahabatnya dan apa-apa yang mereka lakukan di sekolah.

Selepas gadis itu pulang, Ibu Ryohei pun kembali ke kamar Ryohei hanya untuk mendapati anaknya mulai mengejang lagi. Setelah beberapa waktu berusaha menahan Ryohei, pemuda itu pun mulai tenang. Sedikit merasa frustasi, Ibu Ryohei berusaha menguatkan Ryohei dengan menunjukan bola yang diberikan oleh teman satu timnya, dan di saat itulah, Ryohei mulai melontarkan kata-kata, meskipun terbata, bahwa dia akan “menang”. Segeralah Ibu-nya memanggil Ayahnya, dimana Ryohei mengulang kata-katanya. Bahwa dia akan menang. Dari penyakit yang dideritanya. Dari semua yang terjadi padanya.
Ryohei Trying To Say "Katsu (I Will Win)"
Seolah mendapat dorongan dari ucapan Ryohei, orangtua-nya yang pada awalnya hampir putus asa mulai bangkit dan berupaya mencari opini kedua bagi Ryohei. Mereka mencari informasi tentang Rumah Sakit yang memiliki spesialis terbaik yang mau menampung Ryohei dan mungkin dapat menyelamatkannya. Dan setelah perjalanan panjang, akhirnya mereka menemukan satu Rumah Sakit yang menyatakan sanggup untuk menangani kasus Ryohei, dan segera saja mengajukan transfer bagi Ryohei.

Saat Ryohei akan berangkat, dia dihadang oleh rekan-rekan tim sepakbolanya yang ingin menyampaikan dukungan mereka bagi Ryohei sebelum Ryohei pergi. Namun tanpa Ryohei ketahui, bahwa sebetulnya ketiga sahabatnya telah kehilangan semangat untuk melanjutkan bermain sepakbola setelah mengetahui keadaan Ryohei yang sebenarnya, dan mulai sering bolos latihan.

Di Rumah Sakit tujuan, setelah menjalankan beberapa pemeriksaan, akhirnya operasi Ryohei dimulai. Kedua orangtuanya yang agak trauma dengan operasi pertama Ryohei yang terhenti di tengah jalan, menunggu dengan cemas selama berjam-jam sementara anak mereka di operasi. Akhirnya, setelah hampir dua belas jam lamanya, operasi Ryohei selesai, dan dokter-nya menyatakan bahwa hampir keseluruhan tumor di kepala Ryohei sudah terangkat, dan bahwa operasinya sukses.

Tak lama setelahnya, Ryohei sadar dari tidur panjangnya, dan hari demi hari, kondisinya kian membaik. Setelah beberapa hari, Ryohei mulai bisa berbicara, dan tak lama dia mulai bisa makan sendiri. Rehabilitasi yang dia lakukan pun berjalan cukup lancar. Keluarganya merasa sangat bahagia dengan perkembangan Ryohei, dan hari-hari kelam sebelumnya seolah-olah hanya mimpi belaka.

Kala tersebut, Ayah Ryohei yang mendengar bahwa ketiga sahabat Ryohei kehilangan semangatnya, ‘memaksa’ mereka bertiga untuk ikut dengannya dan mengunjungi Ryohei. Di Rumah Sakit, mereka dihadapkan dengan Ryohei yang tengah berusaha dalam melakukan rehabilitasi agar mulai bisa menggunakan kakinya lagi dan menyatakan bahwa dia tidak akan bisa tampil di kejuaraan preliminari, namun akan berusaha agar bisa bermain di kejuaraan prefektural. Ketiga sahabatnya, merasa bersalah dan mengaku bahwa mereka belakangan membolos latihan, dan Ryohei mendesah panjang sambil berkata bahwa sebenarnya dia sudah tau dari pelatih mereka. Ryohei yang kesal, menyuruh mereka untuk pulang saja, karena dia tidak mau melihat orang-orang yang tidak punya semangat, bahwa dia akan berusaha sendiri dan tidak memerlukan mereka.

Seolah menjadi tamparan keras, ketiga sahabatnya mulai menemukan semangat mereka lagi dan kembali ke latihan, sampai mereka tiba di babak akhir kejuaraan preliminari. Selama bertahun-tahun, tim sepakbola Ryohei dan kawan-kawan dicap sebagai tim yang lemah dan tidak pernah lolos ke kejuaraan prefektural. Namun sejak Ryohei masuk tim, mereka mulai menunjukkan kemajuan yang pesat dan mulai memiliki kesempatan untuk bertanding di kejuaraan prefektural. Seakan tidak ingin mengecewakan kerjakeras Ryohei, timnya kali ini berjuang keras agar mereka bisa memenangkan pertandingan, meskipun lawan mereka adalah tim terkuat di daerah mereka. Seolah-oleh kondisi Ryohei menjadi pencambuk semangat mereka, they got a miraculous win dan lolos ke kejuaraan prefektural.
The Team Playing With Ryohei's Number On Their Wrists
 Beberapa waktu setelahnya, seluruh keluarga Ryohei berniat untuk mengunjungi Ryohei di Rumah Sakit tempat dia dirawat. Karena lokasinya yang cukup jauh dari tempat tinggal Ryohei, selama ini Ryohei dirawat di Rumah Sakit hanya ditemani oleh Ibu-nya, sementara Ayah, Kakak dan Adiknya berada di kampung halaman mereka. Kunjungan ini adalah sebagai perayaan bagi proses kesembuhan Ryohei, perayaan bagi Shohei yang kondisinya stabil belakangan ini, dan juga sebagai perayaan majunya tim sepakbola Ryohei ke babak prefektural. Di saat tersebut, suster yang menangani Ryohei mengajak Ibu Ryohei berbicara dan mengutarakan kekagumannya pada keluarga Sasaki dimana mereka justru menjadi lebih kuat saat dihadapkan dengan masalah ini. Suster tersebut mengaku bahwa bukan satu dua kali dia menyaksikan keluarga yang terpecah belah saat dihadapkan dengan kondisi yang mirip dengan yang dialami keluarga Sasaki. Suster tersebut menambahkan bahwa keberadaan Adik Shohei, seolah menjadi perekat dan penghangat keluarga mereka. Dia juga berpesan, bahwa pengobatan Ryohei untuk sisa-sisa tumornya dan juga sebagai pencegahan sel-sel tumor tersebut tumbuh kembali akan dimulai, dan kondisinya akan memburuk selama menjalani pengobatan, maka suster itu meminta agar Ibu Ryohei dan keluarganya terus memberikan dukungannya bagi Ryohei.
The Family's Celebration
 Okay, kita potong dulu review-nya sampai sini, nanti yang baca pusing kepanjangan~ Hehehe~
See you later~

No comments:

Post a Comment