Wednesday, March 2, 2016

"Ibu, Aku Baik-Baik Saja" - Part 2



Melanjutkan bahasan sebelumnya, review SP Drama "Kaa-san, Ore Wa Daijoubu" - Part 2.

Langsung saja kita masuk ke bahasan cuyy~

WARNING! HEAVY SPOILER AHEAD!


Seperti apa yang disampaikan suster tersebut, segera setelah Ryohei menjalani pengobatannya, kondisinya memburuk. Ryohei sering demam dan muntah, dan dia selalu merasa lemah dan lelah. Bahkan dia pun mulai kehilangan rambutnya. Meski demikian, Ryohei tidak menyerah dan terus berupaya dalam pengobatannya dan rehabilitasinya. Tak lama setelahnya, kondisi Ryohei mulai membaik, dan bahkan dokter mempertimbangkan untuk menyetujui permohonan pindahnya ke Rumah Sakit tempat Adiknya dirawat. Keluarganya yang tengah menonton video yang dikirimkan Ibu Ryohei tentang kemajuan rehabilitasi Ryohei (dimana dia berhasil sedikit bermain dengan bola) sekaligus menerima kabar bahwa Ryohei mungkin akan bisa pulang dalam waktu dekat, berbahagia karenanya. Kabar baik itu diterima sehari sebelum ulang tahun Ryohei, dan saat Ibu nya memesan kue ulang tahun Ryohei di toko kue langganannya, dia teringat bahwa sudah satu tahun sejak perjuangan Ryohei dimulai.

Namun, ironis bagi Ryohei dan keluarga, karena tak lama setelahnya, Ibu Ryohei menerima panggilan dari Rumah Sakit tempat Ryohei dirawat dan diberitau bahwa kepulangan Ryohei harus ditunda, dan bahwa ada hal yang perlu disampaikan oleh dokter padanya.

Tumor Ryohei telah menyebar ke tulang belakangnya, dan tidak ada cara untuk mengangkatnya.

Dalam kesedihannya, Ibu Ryohei menelepon suaminya, mengatakan bahwa kemungkinan hidup Ryohei tinggal dua bulan lagi. Ayah Ryohei hanya bisa tertunduk dan menangis. Dia kemudian berkata bahwa dia sedang menonton ulang video Ryohei, dan merasa begitu senang melihat Ryohei senang karena bisa pulang. Akhirnya, Ayah Ryohei pun memutuskan, agar mereka memulangkan Ryohei ke kampung halamannya, dimana keluarga dan teman-temannya berada.
Ryohei's Father Asking Him To Be Brought Home
Setelah panggilan itu, Ibu Ryohei merasa belum siap untuk menghadapi Ryohei dan meninggalkan Rumah Sakit. Ryohei yang mendapati Ibu-nya tidak kembali, mendorong kursi rodanya ke areal telepon untuk menghubungi Ibu-nya. Saat Ibu-nya menjawab telepon, segera saja Ryohei menanyakan keberadaannya, namun alih-alih menjawab, Ibu-nya malah mulai bercerita tentang kelahiran Ryohei,

“Karena kau anak kedua, Ibu diberitahu bahwa kelahiranmu akan lancar, dan benar saja, saat Ibu sedang melakukan sesuatu tiba-tiba saja air ketuban Ibu pecah. Dalam kurun waktu 2-3 jam, kau terlahir. Apakah di dalam perut Ibu kau begitu bosan? Apakah sebegitu tidak nyamannya di dalam perut Ibu? Apakah kau sebegitu inginnya berpisah dengan Ibu?”

Ryohei yang tidak mengerti maksud dari perkataan Ibunya, hanya bisa bertanya apa yang sedang Ibunya katakan. Namun seolah menghiraukan Ryohei, Ibunya melanjutkan,

“Saat persalinan pun, setelah kau lahir pun, kau tidak pernah menyusahkan Ibu. Saat Shohei dirawat, setiap kali Ibu pulang Kakak-mu selalalu merengek meminta perhatian Ibu, namun kau hanya diam dan melihatku dari kejauhan. Ibu telah membuatmu banyak menahan diri. Maafkan Ibu, Ryohei. Dapat melahirkanmu, dan dapat menjadi Ibu-mu, Ibu merasa sangat bahagia. Tapi Ibu minta maaf, Nak.. Maafkan Ibu karena tidak bisa melahirkanmu sebagai anak yang sehat. Selamat ulang tahun...”

Ryohei yang mulai menangkap maksud dari pembicaraan Ibu-nya, mencoba untuk menghiburnya dan berkata,

“Bu, Ibu baik-baik saja? Karena aku baik-baik saja, Bu. Aku baik-baik saja, jadi...”
"Kaa-san, Ore wa daijoubu dakara..."
 Ibu Ryohei sadar betul bahwa anaknya berusaha untuk tidak membuatnya khawatir, dan dia hanya bisa tersedu, seolah bertanya pada Tuhan, kenapa harus Ryohei yang menderita.
Ryohei's Mom's Cries
 Setelah berita tersebut, pelatih tim sepakbola Ryohei mengumpulkan anggota timnya untuk menyampaikan berita bahwa Ryohei akan pulang. Rekan satu tim Ryohei yang berfikir itu berarti Ryohei sudah sembuh, seolah ditampar saat pelatih mereka menambahkan,

“Saat ini Ryohei masih bisa berkomunikasi. Oleh karenanya orangtuanya berharap kalian bisa datang menjenguk Ryohei selama Ryohei masih mengenali kalian. Kalian paham kan? Ryohei akan pulang. Ryohei akan pulang ke Shimane.”

Demikian, Ryohei seolah ingin membuktikan bahwa dokter salah, dan terus hidup bahkan melewati batas prediksi yang disebutkan sebelumnya. Teman-teman Ryohei sering mengunjunginya selepas sekolah, sekedar menceritakan keseharian mereka meskipun Ryohei sudah tidak bisa merespon mereka. Dan pada hari kelulusan teman seangkatan Ryohei, dia dikejutkan dengan kunjungan pelatih dan teman-teman satu tim sepakbolanya, yang menyatakan bahwa mereka disana untuk melaksanakana upacara kelulusan bagi Ryohei.

Gadis yang menyukai Ryohei berkata, bahwa tempo hari dia dikenalkan dengan lagu kesukaan Ryohei, yang kemudian dia nyanyikan bersama teman-temannya sebelum pelatih Ryohei menyerahkan diploma kelulusan Ryohei.
Ryohei's Graduation
 Setelahnya Ibu Ryohei bertukar kata dengan pelatih Ryohei, merasa heran sekaligus haru karena teman-teman Ryohei melakukan ini demi Ryohei. Pelatih Ryohei pun menanggapi, bahwa mereka melakukan itu semua karena Ryohei. Ryohei yang kuat dan tidak kenal menyerah, yang selalu menyemangati mereka dan mengucapkan mantra bahwa mereka akan menang di setiap pertandingan sepakbola, menjadi Ryohei sosok yang teman-temannya kagumi. Oleh karenanyalah, mereka bersedia untuk melakukan ini semua demi Ryohei. Merekapun berpisah dengan janji bahwa mereka akan mengunjungi Ryohei lagi, tanpa menyadari bahwa itulah terakhir kalinya mereka dapat bertemu dengan Ryohei.

Karena mungkin Tuhan lebih sayang dan punya rencana yang lebih baik untuk Ryohei.

Di saat bunga sakura bermekaran, dan setelah perjuangan panjang, Ryohei menghembuskan nafas terakhirnya.

Pada upacara pemakamannya, Ibu Ryohei yang tidak sanggup melihat teman-teman Ryohei menyampaikan salam terakhir mereka bagi Ryohei, meninggalkan ruangan dan menuju kamar Ryohei. Kamar yang berisi banyak kenangan tentang Ryohei.

“Aku merasa, aku selalu mencari anak itu. Isi hatinya yang sebenarnya...”
A Room Full Of Ryohei's Memory
Ibu Ryohei terduduk dan menangis sambil menyentuh kasur yang seakan masih harum dengan aroma khas milik Ryohei. Dan disitulah, dia menemukan kebenaran. Tersembunyi dibalik tumpukan bantal, Ibu Ryohei melihat satu lubang kecil di dinding, ungkapan hati terakhir dari Ryohei.
Ryohei's Last Message

Ryohei's Agony

“Setelah dia meninggal. Akhirnya aku menyadarinya. Telah aku temukan, suara Ryohei, suara hatinya, teriakannya... Bahwa kau sebenarnya hanyalah anak lelaki biasa, hanyalah anak laki-laki yang bisa ditemukan dimanapun. Kau tidak memiliki sesuatu yang spesial. Kau tidak terlahir kuat. Kekuatanmu yang sesungguhnya, adalah kebaikan hatimu...”

Remembering Ryohei

Disitu Ibu Ryohei teringat pada waktu saat Shohei sakit pertama kalinya, dan dia harus meninggalkan rumah untuk mendampingi Shohei. Kala itu, Teppei menangis memohon Ibunya untuk tidak pergi, namun Ryohei hanya berdiri di kejauhan dan menatap Ibunya yang mencoba menenangkan Teppei. Ibunya yang menyadari keberadaan Ryohei, tersenyum padanya dan memintanya untuk mendekat juga, agar dia bisa memberikan pelukan padanya seperti pada Teppei. Namun Ryohei menolaknya dan berkata bahwa dia baik-baik saja. Ibu Ryohei tersenyum disitu dan berkata,

“Tidak apa-apa. Ayo kesini, Nak.”

Sambil membukakan kedua tangannya untuk menyambut Ryohei. Akhirnya Ryohei pun mendekatinya dan memeluk Ibunya erat seraya membisikkan,

“Ibu, aku sayang Ibu...”
"Okaa-san, daisuki!"
Ibunya kemudian terbawa kembali pada suatu hari saat menunggui Ryohei di Rumah Sakit. Menatap Ryohei sayang seraya berkata,

“Tidak apa jika kau lebih manja, kau tau?”
"Motto amaette ii no yo, Ryohei..."
Dan memberikan pelukan hangat dan penuh kasih sayang. Melihat senyum Ryohei saat menerima pelukan darinya, Ibu Ryohei memeluknya kian erat.

Pada akhir drama, penonton dibawa kembali ke scene awal dimana keluarga Sasaki sedang berpiknik saat ketiga anaknya masih kecil, sebelum Shohei jatuh sakit. Di awal cerita, nampak Ryohei kecil yang bahagia saat menerima hadiah bola dari orangtuanya dan mulai bermain dengan Ayahnya. Di akhir cerita, alih-alih Ryohei kecil yang menendang bolanya, adalah Ryohei dewasa dalam balutan seragam timnya menendang bola ke arah Ayahnya, seolah menggambarkan bahwa mungkin itulah yang akan terjadi jika saja Ryohei tidak jatuh sakit dan wafat muda.
Sasaki Family - Past
Sasaki Family - Before Ryohei's Sickness
 It’s finally dooooonneeee!

Panjang amat review-nya, maklum, cerita favorit jadi mendetil banget LOL
Prakata akhir, drama ini dijamin ngebuat siapapun yang nonton ingusan matanya. Berasa disuruh motong bawang merah satu ton pokoknya!
Buat yang hobi nonton human drama, dijamin totally worth it!
Dan maaf, spoiler gede-gedean. Namanya juga favorit~ Hehehe~

Oke, kali ini kita akhiri dulu sampai disini, see you later~

No comments:

Post a Comment