Melanjutkan bahasan sebelumnya, review SP Drama "Kaa-san, Ore Wa Daijoubu" - Part 2.
Langsung saja kita masuk ke bahasan cuyy~
WARNING! HEAVY SPOILER AHEAD!
Seperti apa yang
disampaikan suster tersebut, segera setelah Ryohei menjalani pengobatannya,
kondisinya memburuk. Ryohei sering demam dan muntah, dan dia selalu merasa
lemah dan lelah. Bahkan dia pun mulai kehilangan rambutnya. Meski demikian,
Ryohei tidak menyerah dan terus berupaya dalam pengobatannya dan
rehabilitasinya. Tak lama setelahnya, kondisi Ryohei mulai membaik, dan bahkan
dokter mempertimbangkan untuk menyetujui permohonan pindahnya ke Rumah Sakit
tempat Adiknya dirawat. Keluarganya yang tengah menonton video yang dikirimkan
Ibu Ryohei tentang kemajuan rehabilitasi Ryohei (dimana dia berhasil sedikit
bermain dengan bola) sekaligus menerima kabar bahwa Ryohei mungkin akan bisa
pulang dalam waktu dekat, berbahagia karenanya. Kabar baik itu diterima sehari
sebelum ulang tahun Ryohei, dan saat Ibu nya memesan kue ulang tahun Ryohei di
toko kue langganannya, dia teringat bahwa sudah satu tahun sejak perjuangan
Ryohei dimulai.
Namun, ironis bagi
Ryohei dan keluarga, karena tak lama setelahnya, Ibu Ryohei menerima panggilan
dari Rumah Sakit tempat Ryohei dirawat dan diberitau bahwa kepulangan Ryohei
harus ditunda, dan bahwa ada hal yang perlu disampaikan oleh dokter padanya.
Tumor Ryohei telah
menyebar ke tulang belakangnya, dan tidak ada cara untuk mengangkatnya.
Dalam kesedihannya, Ibu
Ryohei menelepon suaminya, mengatakan bahwa kemungkinan hidup Ryohei tinggal
dua bulan lagi. Ayah Ryohei hanya bisa tertunduk dan menangis. Dia kemudian
berkata bahwa dia sedang menonton ulang video Ryohei, dan merasa begitu senang
melihat Ryohei senang karena bisa pulang. Akhirnya, Ayah Ryohei pun memutuskan,
agar mereka memulangkan Ryohei ke kampung halamannya, dimana keluarga dan
teman-temannya berada.
Ryohei's Father Asking Him To Be Brought Home |
Setelah panggilan itu,
Ibu Ryohei merasa belum siap untuk menghadapi Ryohei dan meninggalkan Rumah
Sakit. Ryohei yang mendapati Ibu-nya tidak kembali, mendorong kursi rodanya ke
areal telepon untuk menghubungi Ibu-nya. Saat Ibu-nya menjawab telepon, segera
saja Ryohei menanyakan keberadaannya, namun alih-alih menjawab, Ibu-nya malah
mulai bercerita tentang kelahiran Ryohei,
“Karena kau anak kedua, Ibu diberitahu bahwa kelahiranmu
akan lancar, dan benar saja, saat Ibu sedang melakukan sesuatu tiba-tiba saja
air ketuban Ibu pecah. Dalam kurun waktu 2-3 jam, kau terlahir. Apakah di dalam
perut Ibu kau begitu bosan? Apakah sebegitu tidak nyamannya di dalam perut Ibu?
Apakah kau sebegitu inginnya berpisah dengan Ibu?”
Ryohei yang tidak
mengerti maksud dari perkataan Ibunya, hanya bisa bertanya apa yang sedang
Ibunya katakan. Namun seolah menghiraukan Ryohei, Ibunya melanjutkan,
“Saat persalinan pun, setelah kau lahir pun, kau tidak
pernah menyusahkan Ibu. Saat Shohei dirawat, setiap kali Ibu pulang Kakak-mu
selalalu merengek meminta perhatian Ibu, namun kau hanya diam dan melihatku
dari kejauhan. Ibu telah membuatmu banyak menahan diri. Maafkan Ibu, Ryohei.
Dapat melahirkanmu, dan dapat menjadi Ibu-mu, Ibu merasa sangat bahagia. Tapi
Ibu minta maaf, Nak.. Maafkan Ibu karena tidak bisa melahirkanmu sebagai anak
yang sehat. Selamat ulang tahun...”
Ryohei yang mulai
menangkap maksud dari pembicaraan Ibu-nya, mencoba untuk menghiburnya dan
berkata,
“Bu, Ibu baik-baik saja? Karena aku baik-baik saja, Bu. Aku
baik-baik saja, jadi...”
"Kaa-san, Ore wa daijoubu dakara..." |
Ibu Ryohei sadar betul
bahwa anaknya berusaha untuk tidak membuatnya khawatir, dan dia hanya bisa
tersedu, seolah bertanya pada Tuhan, kenapa harus Ryohei yang menderita.
Ryohei's Mom's Cries |
Setelah berita tersebut,
pelatih tim sepakbola Ryohei mengumpulkan anggota timnya untuk menyampaikan
berita bahwa Ryohei akan pulang. Rekan satu tim Ryohei yang berfikir itu
berarti Ryohei sudah sembuh, seolah ditampar saat pelatih mereka menambahkan,
“Saat ini Ryohei masih bisa berkomunikasi. Oleh karenanya
orangtuanya berharap kalian bisa datang menjenguk Ryohei selama Ryohei masih
mengenali kalian. Kalian paham kan? Ryohei akan pulang. Ryohei akan pulang ke
Shimane.”
Demikian, Ryohei seolah
ingin membuktikan bahwa dokter salah, dan terus hidup bahkan melewati batas
prediksi yang disebutkan sebelumnya. Teman-teman Ryohei sering mengunjunginya
selepas sekolah, sekedar menceritakan keseharian mereka meskipun Ryohei sudah
tidak bisa merespon mereka. Dan pada hari kelulusan teman seangkatan Ryohei,
dia dikejutkan dengan kunjungan pelatih dan teman-teman satu tim sepakbolanya,
yang menyatakan bahwa mereka disana untuk melaksanakana upacara kelulusan bagi
Ryohei.
Gadis yang menyukai
Ryohei berkata, bahwa tempo hari dia dikenalkan dengan lagu kesukaan Ryohei,
yang kemudian dia nyanyikan bersama teman-temannya sebelum pelatih Ryohei
menyerahkan diploma kelulusan Ryohei.
Ryohei's Graduation |
Setelahnya Ibu Ryohei
bertukar kata dengan pelatih Ryohei, merasa heran sekaligus haru karena
teman-teman Ryohei melakukan ini demi Ryohei. Pelatih Ryohei pun menanggapi,
bahwa mereka melakukan itu semua karena Ryohei. Ryohei yang kuat dan tidak
kenal menyerah, yang selalu menyemangati mereka dan mengucapkan mantra bahwa
mereka akan menang di setiap pertandingan sepakbola, menjadi Ryohei sosok yang
teman-temannya kagumi. Oleh karenanyalah, mereka bersedia untuk melakukan ini
semua demi Ryohei. Merekapun berpisah dengan janji bahwa mereka akan
mengunjungi Ryohei lagi, tanpa menyadari bahwa itulah terakhir kalinya mereka
dapat bertemu dengan Ryohei.
Karena mungkin Tuhan
lebih sayang dan punya rencana yang lebih baik untuk Ryohei.
Di saat bunga sakura
bermekaran, dan setelah perjuangan panjang, Ryohei menghembuskan nafas
terakhirnya.
Pada upacara
pemakamannya, Ibu Ryohei yang tidak sanggup melihat teman-teman Ryohei
menyampaikan salam terakhir mereka bagi Ryohei, meninggalkan ruangan dan menuju
kamar Ryohei. Kamar yang berisi banyak kenangan tentang Ryohei.
“Aku merasa, aku selalu mencari anak itu. Isi hatinya yang
sebenarnya...”
A Room Full Of Ryohei's Memory |
Ibu Ryohei terduduk dan
menangis sambil menyentuh kasur yang seakan masih harum dengan aroma khas milik
Ryohei. Dan disitulah, dia menemukan kebenaran. Tersembunyi dibalik tumpukan
bantal, Ibu Ryohei melihat satu lubang kecil di dinding, ungkapan hati terakhir
dari Ryohei.
Ryohei's Last Message |
Ryohei's Agony |
“Setelah dia meninggal. Akhirnya aku menyadarinya. Telah aku
temukan, suara Ryohei, suara hatinya, teriakannya... Bahwa kau sebenarnya
hanyalah anak lelaki biasa, hanyalah anak laki-laki yang bisa ditemukan
dimanapun. Kau tidak memiliki sesuatu yang spesial. Kau tidak terlahir kuat.
Kekuatanmu yang sesungguhnya, adalah kebaikan hatimu...”
Remembering Ryohei |
Disitu Ibu Ryohei
teringat pada waktu saat Shohei sakit pertama kalinya, dan dia harus
meninggalkan rumah untuk mendampingi Shohei. Kala itu, Teppei menangis memohon
Ibunya untuk tidak pergi, namun Ryohei hanya berdiri di kejauhan dan menatap
Ibunya yang mencoba menenangkan Teppei. Ibunya yang menyadari keberadaan
Ryohei, tersenyum padanya dan memintanya untuk mendekat juga, agar dia bisa
memberikan pelukan padanya seperti pada Teppei. Namun Ryohei menolaknya dan
berkata bahwa dia baik-baik saja. Ibu Ryohei tersenyum disitu dan berkata,
“Tidak apa-apa. Ayo kesini, Nak.”
Sambil membukakan kedua
tangannya untuk menyambut Ryohei. Akhirnya Ryohei pun mendekatinya dan memeluk
Ibunya erat seraya membisikkan,
“Ibu, aku sayang Ibu...”
"Okaa-san, daisuki!" |
Ibunya kemudian terbawa
kembali pada suatu hari saat menunggui Ryohei di Rumah Sakit. Menatap Ryohei
sayang seraya berkata,
“Tidak apa jika kau lebih manja, kau tau?”
"Motto amaette ii no yo, Ryohei..." |
Dan memberikan pelukan
hangat dan penuh kasih sayang. Melihat senyum Ryohei saat menerima pelukan
darinya, Ibu Ryohei memeluknya kian erat.
Pada akhir drama,
penonton dibawa kembali ke scene awal
dimana keluarga Sasaki sedang berpiknik saat ketiga anaknya masih kecil,
sebelum Shohei jatuh sakit. Di awal cerita, nampak Ryohei kecil yang bahagia
saat menerima hadiah bola dari orangtuanya dan mulai bermain dengan Ayahnya. Di
akhir cerita, alih-alih Ryohei kecil yang menendang bolanya, adalah Ryohei
dewasa dalam balutan seragam timnya menendang bola ke arah Ayahnya, seolah
menggambarkan bahwa mungkin itulah
yang akan terjadi jika saja Ryohei tidak jatuh sakit dan wafat muda.
Sasaki Family - Past |
Sasaki Family - Before Ryohei's Sickness |
It’s finally dooooonneeee!
Panjang amat review-nya,
maklum, cerita favorit jadi mendetil banget LOL
Prakata akhir, drama ini
dijamin ngebuat siapapun yang nonton ingusan matanya. Berasa disuruh motong
bawang merah satu ton pokoknya!
Buat yang hobi nonton human drama, dijamin totally worth it!
Dan maaf, spoiler
gede-gedean. Namanya juga favorit~ Hehehe~
Oke, kali ini kita
akhiri dulu sampai disini, see you later~
No comments:
Post a Comment